Tahun 2013 tampaknya akan menjadi awal kebangkitan bulutangkis Indonesia. Di tahun ini para atlet bola tepok itu pelan-pelan, mulai menunjukkan tajinya kembali.
Teranyar adalah pasangan Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan yang berhasil menjadi juara di Malaysia Open Super Series 2013, beberapa waktu lalu. Selain itu, Sony Dwi Kuncoro juga mampu menembus babak final. Sayang pada partai puncak dia harus mengakui keunggulan pebulutangkis nomor satu dunia, Lee Chong Wei.
Pencapaian Sony tersebut sudah luar biasa. Tak diunggulkan sejak awal, Sony justru tampil gemilang. Meski gagal juara, Sony mendapat “hadiah”. Peringkatnya di klasemen Federasi Bulutangkis Dunia (BWF) naik ke posisi 4 dunia. Kini, Sony satu-satunya pemain tunggal Indonesia yang posisinya ada di lima besar.
Sejak 10 tahun terakhir ada banyak atlet Indonesia yang posisinya di 5 besar BWF. Sebelum Sony, ada Simon Santoso. Pada 16 November 2008, Simon berhasil menduduki peringkat tertinggi dalam kariernya, yaitu posisi tiga. Namun akibat sering absen karena cedera, posisinya terus melorot. Sempat bertahan di posisi kelima, kini atlet berusia 27 tahun itu berada di posisi ke-10.
Di nomor ganda campuran, Indonesia juga punya wakil yang masuk 5 besar BWF. Mereka adalah pasangan fenomenal Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir. Juara All England 2012 itu kini menempati posisi kedua di klasemen BWF.
Menurut Kepala Sub Bidang Pelatihan Nasional, Christian Hadinata, faktor yang membuat para pemain kian terpacu untuk mendapatkan prestasi adalah adanya kebijakan sponsor individu. Untuk diketahui, kebijakan ini memberikan keleluasaan para pemain untuk memilih sponsor mereka sendiri.
Sponsor individu lebih memacu pemain meningkatkan prestasi mereka. Sebab sponsor tentu tak akan melirik pemain tanpa prestasi. “Untuk itu, para pemain kini saling berlomba untuk meningkatkan daya jual mereka dengan meraih prestasi sebanyak mungkin,” jelas Christian.
Dia juga menambahkan, faktor bonus ikut memberikan peranan penting. Tak bisa dipungkiri, guyuran bonus dari pengurus dan juga sponsor ikut memacu para atlet tampil lebih maksimal.
Terkait kemunduran prestasi bulutangkis Indonesia di dunia internasional selama ini, Mantan atlet bulu tangkis nasional tersebut berpandangan, masalah regenerasi harus menjadi sorotan utama. Di mata pria 63 tahun ini, regenerasi yang dilakukan Indonesia sangat lamban.
Di saat para pemain senior sudah stagnan, pemain pengganti atau pelapisnya belum mencapai peforma yang sama atau mendekati para seniornya. “Seperti ada gap yang sangat jauh antara pemain senior dengan para pemain muda,” ujar mantan juara All England itu.
Kendati demikian, dia mengakui bahwa prosesnya memang tidak mudah. “Semoga ke depan para pemain akan lebih mapan,” imbuhnya.
Untuk itu Christian mengusulkan agar pengiriman pemain muda ke turnamen internasional bisa dijadikan solusi. “Itu salah satu cara regenerasi, “ ujarnya. Para pemain muda diberikan pengalaman dan jam terbang yang lebih tinggi dengan mengikuti turnamen-turnamen internasional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar